Senin, 26 November 2012

Opini : Jumlah angkutan yang memprihatinkan

Menurut saya, jumlah angkutan di jakarta dan depok sangat banyak dan sangat memprihatinkan . Hal ini saya rasakan sendiri sebagai pengguna jalanan jakarta-depok saat menuju tempat kuliah di kelapa dua ataupun di margonda. Terkadang angkutan biru itu berhenti di tengah jalan dan sering sekali menimbulkan kemacetan . Contohnya adalah di belokan arah pasar pal dan sejumlah titik di jalan Raya Bogor. Dibelokan pasar pal, apabila polisi tidak mengatur lalu lintas di pagi hari, kemacetan pun makin menjadi- jadi . Belum lagi jika angkutan tersebut mengambil dan menurunkan penumpang yang kadang di tengah jalan . Perilaku tersebut sungguh mengesalkan dan membuang waktu para pengguna jalan yang lainnya .

Untuk para supir angkutan, sebaiknya para supir angkutan agar lebih sadar dan memiliki sikap toleransi yang baik kepada pengguna jalan yang lain karena jalanan itu milik umum .  Kalaupun ingin berhenti ya berhentilah di pinggir jalan atau di tempat seharusnya agar tidak mengganggu pengguna jalan yang lainnya tidak di tengah jalan  . Dan untuk pemerintah Jakarta dan Depok sebaiknya sediakan halte - halte dengan jarak mungkin cukup dekat yang tidak mengganggu lintas kendaraan, sehingga angkutan tidak berhenti di sembarang tempat . Dan alangkah lebih baik jika angkutan itu memiliki sistem angkutan yang ontime berhenti di setiap halte . Agar memudahkan masyarakat dan mengurangi jumlah kemacetan .

News : Kecelakaan motor


Pagi hari ini tepat pada pukul 09.45 WIB pada tanggal 27 November 2012,  terjadi kecelakaan pengendara motor  di depan Kampus Gunadarma  di jalan kelapa dua . Kecelakaan ini terjadi di saat pengendara motor ini menyalip mobil Toyota fortuner kearah kiri . Tetapi pengendara tidak sadar  bahwa di sebelah kiri terdapat pengemudi mobil avanza yang sedang membuka pintu . Hal itu membuat si pengendara motor membanting setir dan tersengkur ke sebelah kanan . Untungnya mobil fotrtuner yang ia salip sudah melaju dengan kencang, jadi pengendara motor selamat dari kecelakaan yang naas. Korban hanya cedera pada tangan kanannya karena saat jatuh tangan itu menumpu badannya . Dan tidak ada yang dirugikan dalam kecelakaan ini . Dari berita ini kita bias belajar untuk berhati-hati saat mengendarai kendaraan dan selalu waspada pada keadaan sekitar

Feature : Angkringan


Angkringan, bagi khalayak umum sudah bukan lagi nama yang asing bagi kalangan muda. Arti kata angkringan dapat dikatakan "nangkring" (bahasa Jawa) atau bahasa gaulnya "nongkrong" jadi dapat dikatakan inilah tempat para pengunjung dari remaja hingga orang tua untuk berkumpul. Angkringan ini biasa dibuka atau digelar setelah magrib hingga larut malam .


Menu yang disediakan di angkringan sangat bervariasi. Lauk pauknya pun banyak macamnya, seperti sego  kucing, nasi bakar, sate-satean, oseng-oseng mercon, gudeg, dan krecekk . Dan minumannya pun bervariatif dari wedang jahe, teh susu dan  kopi jos. 



Saya akan membahas sedikit tentang menu yang terkenal di angkringan ini .Sego kucing, secara harfiah "sego" dalam bahasa Jawa Tengah bearti "nasi", jadi sego kucing dapat kita artikan sebagai "nasi kucing".  Mungkin kita bertanya-tanya kenapa namanya nasi kucing? aneh didengar, tapi tidak seseram namanya, disebut nasi kucing disebabkan porsi yang sangat sedikit (kurang lebih sekepal tangan). Biasanya didalam nasi kucing juga disertai berbagai pilihan lauk (seperti tempe, bandeng atau teri), nasi kucing ini dibungkus dengan kertas nasi atau daun pisang. Makanan ini cukup untuk menemani kita di tengah dinginnya malam hari.

Kita dapat menemui angkringan dibeberapa di Jabodetabek, tentunya dengan harga yang sangat-sangat bersahabat dari dengan harga yang berkisar antara 1000-5000 rupian. Sangat cocok untuk kantong anak- anak muda. Salah satu tempat yang saya rekomendasikan adalah di Jln. Raya RTM kelapa dua, Cimanggis-Depok. Sebenarnya saya sudah beberapa kali ke angkringan tersebut. Tempatnya cukup unik dan khas dibandingkan pada angkringan-angkringan pada umumnya, dibuat dari rotan bambu dipinggir jalan dan sesajikan diatas grobak, Tetapi di RTM ini, angkringannya berada didalam seperti rumah dari full bambu yang mempunyai lantai dua.

Ayo cepat kunjungi tempat makan yang satu ini, dan cintailah makanan khas Indonesia  !

Selasa, 06 November 2012

undang- undang tentang kode etik jurnalistik



Undang –undang
 Pasal 16
Wartawan Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa penataan Kode Etik Jurnalistik ini terutama berada pada hati nurani masing-masing.
Pasal 17
Wartawan Indonesia mengakui bahwa pengawasan dan penetapan sanksi pelanggaran Kode Etik Jurnalistik ini adalah sepenuhnya hak organisasi dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan dilaksanakan oleh Dewan Kehormatan PWI.
Tidak satu pihak pun di luar PWI yang dapat mengambil tindakan terhadap wartawan Indonesia dan atau medianya berdasarkan pasal-pasal dalam Kode Etik Jurnalistik ini.

Kode etik jurnalistik
1. Jurnalis menghormati hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar.
2. Jurnalis senantiasa mempertahankan prinsip-prinsip kebebasan dan keberimbangan dalam peliputan dan pemberitaan serta kritik dan komentar.
3. Jurnalis memberi tempat bagi pihak yang kurang memiliki daya dan kesempatan untuk menyuarakan pendapatnya.
4. Jurnalis hanya melaporkan fakta dan pendapat yang jelas sumbernya.
5. Jurnalis tidak menyembunyikan informasi penting yang perlu diketahui masyarakat.
6. Jurnalis menggunakan cara-cara yang etis untuk memperoleh berita, foto dan dokumen.
7. Jurnalis menghormati hak nara sumber untuk memberi informasi latar belakang, off the record, dan embargo.
8. Jurnalis segera meralat setiap pemberitaan yang diketahuinya tidak akurat.
9. Jurnalis menjaga kerahasiaan sumber informasi konfidensial, identitas korban kejahatan seksual, dan pelaku tindak pidana di bawah umur.
10. Jurnalis menghindari kebencian, prasangka, sikap merendahkan, diskriminasi, dalam masalah suku, ras, bangsa, politik, cacat/sakit jasmani, cacat/sakit mental atau latar belakang sosial lainnya.
11. Jurnalis menghormati privasi, kecuali hal-hal itu bisa merugikan masyarakat.
12. Jurnalis tidak menyajikan berita dengan mengumbar kecabulan, kekejaman kekerasan fisik dan seksual.
13. Jurnalis tidak memanfaatkan posisi dan informasi yang dimilikinya untuk mencari keuntungan pribadi.
14. Jurnalis tidak dibenarkan menerima sogokan.
Catatan: yang dimaksud dengan sogokan adalah semua bentuk pemberian berupa uang, barang dan atau fasilitas lain, yang secara langsung atau tidak langsung, dapat mempengaruhi jurnalis dalam membuat kerja jurnalistik.
15. Jurnalis tidak dibenarkan menjiplak.
16. Jurnalis menghindari fitnah dan pencemaran nama baik.
17. Jurnalis menghindari setiap campur tangan pihak-pihak lain yang menghambat pelaksanaan prinsip-prinsip di atas.
18. Kasus-kasus yang berhubungan dengan kode etik akan diselesaikan oleh Majelis Kode Etik.




the history of journalism in Indonesia and in the world


  1. Journalistic History of the World
In the beginning, journalism can be seen emerging from the literature on the history of journalism always refer to the "Acta diurna" in the days of Ancient Rome during the reign of emperor Julius Caesar (100-44 BC).
"Acta diurna", ie bulletin boards (bulletin board or similar information current), believed to be the first product of journalism; press, mass media, or the first daily newspaper in the world. Julius Caesar was known as the "Father of the Press World".
In fact, Caesar just continue and develop the tradition that emerged at the beginning of the establishment of the Roman empire. At that time, the King of the High Priest the commands, all important events recorded in the "Annals", ie blackboard hanging on the porch. Notes on the board was a notice to every person who passed by and need.
When in power, Julius Caesar ordered that the trial results and activities of the members of the senate every day posted on "Acta diurna". Similarly, news about daily events, important regulations, as well as what needs to be communicated and known people. The notice board was attached to or installed in the center of town called "Forum Romanum" (Roman stadium) for publicly known.
News on "Acta diurna" then disseminated. When it appeared the "Diurnarii", ie the people who worked to make the records of the results of the senate meeting of the board "Acta diurna" it every day, for the landlords and the wealthy.
From the word "Acta diurna" this is literally the word journalism from the word "Diurnal" in Latin means "daily" or "every day." Adopted into French into "Du Jour" and English "Journal" which means "day "," diary ", or" report ". From the word "Diurnarii" appears the word "Diurnalis" and "Journalist" (journalist).
In the history of Islam, as quoted Kustadi Suhandang (2004), the precursor of journalism of the first in the world was in the days of Noah. When floods struck his family, Noah was in the ark and its relatives, the followers of the righteous, and all kinds of animals.
To determine whether the flood had receded, Noah sent a dove out of the vessel to monitor the water situation and the possibility of food. The pigeon just see leaves and branches of olive trees that seem to surface water. Twig was also peck and brought back to the ship. Noah also concluded waters have receded. The news was delivered to all passengers.
On the basis of these facts, Noah considered a news search and news anchor (reporter) was first in the world. Noah's Ark was called as the first news agency in the world.


2. History of Journalism Indonesia
The beginning of the birth of Journalism began about 3000 years ago. There are basic concepts of journalism ie, delivery of a variety of messages, news and information. The basic concept stems from a time when it was Pharaoh Amenhotep III, Egypt sent hundreds of messages to the officers in the various provinces to preach what is happening at the center.
Historical records relating to the issuance of the mass media discovery triggered the printing press by Johannes Gutenberg.
The mass media in Indonesia to grow and develop unique, compared with other countries, especially when compared to the birth and growth of the mass media in western countries and the U.S.. The print media in Indonesia was born in the colonial period with the publication of a newspaper Belandayaitu Tender Nouvelles (1744). This newspaper is run by a management course and a Dutch journalist. born then press "natives", the print media to communicate with the Malay language or the language of the region and led by a native. fall into this category is news (1901) that in addition to the Malay language is also printed in Latin. Other newspapers were born in the 19th century though it has been printed with Latin letters and speak Malay but generally still in pimpim by the Dutch. Newspapers led by the natives was the forerunner of "press the fight" is printed in Malay ideals implies freedom from foreign rule in editorial policy.
The term releases comeback fight after August 17, 1945, the Independence Day of the Republic of Indonesia, but then the Dutch (try) to re-colonize Indonesia bangs. In the 1945-1946 era, newspapers bring the voice of the Indonesian people still have to survive the pressure from the middle of the Netherlands. Indonesian journalists H. Rosiwan Anwar is an example of "the remnants of a long irregulars" who experienced the hard times that.

The consistency of the printing press more visible in the nation, ranging from liberal democracy era (1950-1959), guided democracy (1959-1965), Pancasila democracy (1965-1998) and now, as well as the reform era (1998-present).